Indonesia dan Amerika Serikat telah menyepakati skema pengalihan utang (debt swap) untuk mendukung konservasi kehidupan laut. Melalui kesepakatan ini, Amerika Serikat menukar utang Indonesia senilai US$35 juta atau setara Rp565 miliar untuk melindungi ekosistem terumbu karang di Bentang Laut Kepala Burung dan Laut Sunda Banda.

Firdaus Agung Kunto Kurniawan selaku Direktur Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan mengatakan bahwa proses pengalihan utang itu telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, kesepakatan baru tercapai pada tahun 2024 lalu.

Firdaus juga menjelaskan alasan pemilihan kedua bentangan tersebut sebagai lokasi konservasi. Menurutnya, kawasan itu memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi karena terletak dalam segitiga terumbu karang dunia (coral triangle). Kestrategisan lokasi itu membuat Bentang Laut Kepala Burung dan Laut Sunda Banda memiliki hampir 75% jenis terumbu karang di seluruh dunia.

Peran Pihak Lain dalam Pengalihan Utang untuk Alam

Kesepakatan pengalihan utang bukan semata-mata terjadi antara pemerintah negara terkait, melainkan juga dua organisasi konservasi nirlaba internasional. Kedua organisasi itu adalah The Nature Conservacy (TNC) dan Conservancy International (CI).

Tidak hanya organisasi konservasi nirlaba internasional, pihak lain yang turut berkontribusi dalam program ini adalah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia. Kedua yayasan itu merupakan rekan kerja TNC dan CI di wilayah Indonesia.

Selain itu, program ini juga melibatkan peran masyarakat Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto, pemanfaatan dana hibah dalam program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapai tantangan kerusakan alam. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memiliki peran penting dalam keberlangsungan konservasi terumbu karang ini.

"Selama kurun waktu sembilan tahun jangka waktu pelaksanaan program TFCCA ini, masyarakat akan menjadi pemeran utama yang tidak hanya sebagai penerima manfaat tapi juga menjadi pelaksana di lapangan," jelas Herlina.