KPK Umumkan Lima Tersangka dalam Kasus Bank BJB

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan lima tersangka dalam kasus dugaan korupsi penempatan dana iklan oleh Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB). Dua tersangka berasal dari internal bank, sementara tiga lainnya dari pihak swasta.

Dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Merah Putih, Jakarta, Kamis (13/3), Pelaksana Harian Direktur Penyidikan KPK Budi Sokmo mengungkapkan bahwa mantan Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi (YR), serta Pimpinan Divisi Corporate Secretary, Widi Hartoto (WH), turut dijerat dalam kasus ini.

“Tersangka dari internal Bank BJB adalah YR selaku mantan Direktur Utama dan WH sebagai Pimpinan Divisi Corporate Secretary. Sementara tiga tersangka lain berasal dari pihak swasta, yakni Ikin Asikin Dulmanan (ID), Suhendrik (S), dan Sophan Jaya Kusuma (SJK),” ujar Budi.

Kerugian Negara Mencapai Rp222 Miliar

KPK menduga para tersangka terlibat dalam skema korupsi yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp222 miliar. Modus operandi yang digunakan adalah penempatan dana iklan melalui sejumlah agensi perantara, di antaranya PT Cipta Karya Sukses Bersama (CKSB), PT Cipta Karya Mandiri Bersama (CKMB), dan PT Antedja Muliatama (AM).

Selain itu, KPK juga telah melakukan penggeledahan di berbagai lokasi, termasuk kantor Bank BJB di Bandung serta kediaman mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK). Sejumlah dokumen penting serta deposito senilai Rp70 miliar telah diamankan sebagai barang bukti dan akan dikonfirmasi lebih lanjut kepada para saksi.

Peran Swasta dalam Skandal Iklan BJB

Ketiga tersangka dari pihak swasta diduga memiliki peran penting dalam mengatur aliran dana iklan yang seharusnya digunakan untuk kepentingan promosi Bank BJB.

Ikin Asikin Dulmanan (ID) disebut sebagai pengendali agensi Antedja Muliatama dan Cakrawala Kreasi Mandiri. Sementara itu, Suhendrik (S) diketahui mengendalikan PT Wahana Semesta Bandung Ekspres (WSBE) dan PT BSC Advertising. Sedangkan Sophan Jaya Kusuma (SJK) berperan dalam pengelolaan agensi Cipta Karya Mandiri Bersama (CKMB) dan PT Cipta Karya Sukses Bersama (CKSB).

Menurut KPK, skema korupsi ini melibatkan manipulasi dalam proses pengadaan iklan, di mana dana yang seharusnya digunakan untuk keperluan promosi justru disalurkan secara tidak sah kepada pihak-pihak tertentu.

KPK Dalami Keterlibatan Pihak Lain

Dalam perkembangan terbaru, KPK tidak menutup kemungkinan adanya tersangka lain dalam kasus ini. Proses penyelidikan masih berlangsung, dan tim penyidik terus menelusuri aliran dana serta keterlibatan pihak-pihak yang berperan dalam skandal ini.

Selain itu, mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, juga telah memberikan tanggapan terkait penggeledahan yang dilakukan di kediamannya. Ia menegaskan siap bekerja sama dan mendukung penuh proses hukum yang berjalan.

“Kami selaku warga negara yang baik sangat kooperatif dan sepenuhnya mendukung serta membantu tim KPK dalam menjalankan tugasnya,” ujar RK dalam keterangannya.

Para tersangka dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Jika terbukti bersalah, mereka terancam hukuman berat, termasuk pidana penjara serta denda yang signifikan.

Kasus ini menjadi salah satu sorotan utama dalam upaya pemberantasan korupsi di sektor perbankan daerah. KPK memastikan akan terus mengusut tuntas skandal ini demi menjaga transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.