Rapat Panja RUU TNI di Hotel Mewah Tuai Sorotan

Komisi I DPR RI bersama pemerintah menggelar rapat panitia kerja (panja) untuk membahas revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) di Hotel Fairmont, Jakarta, pada 14-15 Maret 2025. Rapat yang berlangsung secara tertutup ini menuai kritik dari berbagai pihak, terutama koalisi masyarakat sipil, yang menilai pembahasan dilakukan secara tidak transparan dan terburu-buru.

Koalisi Masyarakat Sipil Reformasi Sektor Keamanan bahkan menggelar aksi protes di lokasi. Beberapa aktivis mencoba masuk ke ruang rapat sambil membawa poster dan berteriak menolak RUU TNI. Mereka menuding revisi UU ini berpotensi menghidupkan kembali dwifungsi ABRI, yang telah dihapus sejak reformasi 1998.

DPR Klaim Rapat Mendesak dan Sesuai Aturan

Sekretaris Jenderal DPR RI, Indra Iskandar, menjelaskan bahwa rapat di hotel bintang lima ini dilakukan karena urgensi pembahasan yang tinggi. Ia merujuk pada Tata Tertib DPR Pasal 254, yang memungkinkan rapat digelar di luar Gedung DPR dalam keadaan mendesak.

Indra juga menyebutkan bahwa Fairmont dipilih setelah membandingkan beberapa lokasi lain, dengan pertimbangan anggaran DPR yang masih mencukupi. Selain itu, rapat berlangsung maraton hingga dini hari, sehingga diperlukan tempat yang memungkinkan peserta beristirahat dengan layak sebelum melanjutkan pembahasan keesokan harinya.

Pasal 47 RUU TNI Jadi Pusat Perdebatan

Salah satu poin krusial dalam revisi UU TNI adalah Pasal 47, yang mengatur tentang prajurit aktif yang dapat menduduki jabatan di kementerian atau lembaga sipil. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menegaskan bahwa prajurit aktif hanya akan ditempatkan pada posisi yang sudah diatur dalam undang-undang, seperti Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Militer (Jampidmil) di Kejaksaan Agung.

Namun, sejumlah pihak tetap khawatir bahwa aturan ini membuka kembali ruang bagi TNI untuk terlibat dalam urusan sipil, yang bertentangan dengan semangat reformasi dan supremasi sipil dalam sistem demokrasi.

Keamanan Diperketat, Aktivis Dilaporkan ke Polisi

Selama rapat berlangsung, beberapa kendaraan taktis (rantis) milik Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI terlihat terparkir di sekitar Hotel Fairmont. Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Hariyanto, mengonfirmasi bahwa keberadaan rantis tersebut merupakan bagian dari upaya pengamanan, mengingat rapat ini juga dihadiri Menteri Pertahanan dan perwakilan kementerian lainnya.

Sementara itu, aksi protes dari koalisi sipil berujung pada laporan polisi. Seorang sekuriti Hotel Fairmont melaporkan mereka ke Polda Metro Jaya atas dugaan mengganggu ketertiban umum. Laporan tersebut mencakup sejumlah pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan perbuatan memaksa dan penghinaan terhadap badan hukum.

Kantor KontraS Didatangi Orang Tak Dikenal

Setelah aksi protes di Hotel Fairmont, kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) di Jakarta Pusat didatangi oleh tiga orang tak dikenal pada dini hari, 16 Maret 2025. Menurut Wakil Koordinator KontraS, Andrie Yunus, mereka mengaku sebagai jurnalis, tetapi tidak menyebutkan asal media atau tujuan kedatangan mereka.

KontraS menilai kejadian ini sebagai bentuk intimidasi terkait sikap kritis mereka terhadap revisi UU TNI. Andrie juga mengungkapkan bahwa pihaknya menerima panggilan telepon dari nomor tidak dikenal pada waktu yang hampir bersamaan.

DPR: Revisi UU TNI Justru Membatasi Jabatan Sipil bagi TNI

Di tengah kritik yang berkembang, Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, menegaskan bahwa revisi UU TNI bertujuan untuk membatasi, bukan memperluas, jabatan sipil yang bisa diduduki prajurit aktif. Ia menekankan bahwa rancangan undang-undang ini tetap menjunjung tinggi prinsip supremasi sipil dalam negara demokrasi.

Namun, polemik seputar revisi UU TNI masih terus berlanjut. Gelombang kritik dari kelompok masyarakat sipil menunjukkan adanya kekhawatiran besar terhadap potensi kembalinya peran militer dalam kehidupan sipil. Transparansi dalam proses legislasi pun menjadi sorotan utama, terutama setelah pembahasan dilakukan secara tertutup di hotel mewah.