PSV Eindhoven menghadapi tantangan nyaris mustahil usai dibantai 1-7 oleh Arsenal di leg pertama Liga Champions. Meski peluangnya sangat kecil, pelatih Peter Bosz tetap bertekad menampilkan perlawanan sengit dalam leg kedua di London.

Perbaikan Pertahanan: Tak Boleh Lagi Jadi Lumbung Gol

Kekalahan telak di kandang sendiri mengungkap betapa rapuhnya lini belakang PSV. Tanpa pertahanan solid, mereka hanya akan jadi bulan-bulanan Arsenal lagi. Bosz kemungkinan akan menekankan kedisiplinan bertahan dan meningkatkan koordinasi lini belakang agar tak mudah ditembus serangan lawan.

Dengan selisih enam gol, bermain bertahan bukanlah pilihan. PSV diprediksi akan langsung bermain agresif sejak menit pertama, mencoba mencetak gol cepat agar bisa menghidupkan asa comeback. Luuk de Jong dan rekan-rekan di lini depan harus lebih efektif dalam memanfaatkan peluang sekecil apa pun.

Manfaatkan Masalah Arsenal

Arsenal sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. Cedera yang menimpa beberapa pemain kunci seperti Gabriel Jesus dan Kai Havertz bisa jadi celah bagi PSV untuk menyerang titik lemah The Gunners. Jika bisa mengeksploitasi absennya pemain-pemain tersebut, setidaknya mereka bisa memberikan perlawanan lebih sengit.

Bosz juga harus mempertimbangkan kebugaran timnya. Dengan jadwal padat di kompetisi domestik dan Eropa, rotasi pemain mungkin perlu dilakukan. Namun, keputusan ini harus dipikirkan matang agar tidak mengorbankan kualitas permainan.

Motivasi dan Mentalitas: Bermain Tanpa Beban

Mengangkat moral pemain setelah kalah telak jelas bukan tugas mudah. Namun, dengan situasi di mana mereka tidak lagi difavoritkan, PSV justru bisa bermain lebih lepas dan tanpa tekanan. Jika mereka bisa memanfaatkan ini, kejutan masih mungkin terjadi.

Bisakah PSV Mengejutkan?

Secara realistis, membalikkan defisit enam gol melawan tim sekelas Arsenal adalah tugas yang sangat berat. Namun, jika strategi Bosz berjalan sesuai rencana, setidaknya PSV bisa pulang dengan kepala tegak dan hasil yang lebih terhormat.